TEKNIK EVALUASI TES OBJEKTIF



Abstract

The Purpose of education has three aspects, they are cognitive, affective, phsycomotoric. Each aspect has its own characteristics. Hence, they have different measurements. There are two types of evaluation, a cognitive aspect, a test and a non-test. A test needs a systematic procedure. The test items are constructed based on certain ways and rules. Administrative procedures and scoring must be clear and specific, and each test taker should obtain equal and proportional test items. Cognitive test consists of objective questions. Objective tests are tests which are objective in checking, consisting of questions answered by choosing one of choices that have been matched with its items, or by writing the answers with certain words or symbols on provided spaces for each item.

Key words : Measur, Evaluate, Procedur, skill, kognitif


Tujuan pendidikan memiliki tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Masing-masing aspek memiliki ciri tersendiri yang spesifik. Oleh karena itu masing-masing memiliki alat ukur yang berbeda-beda. Ada dua bentuk evaluasi pada aspek kognitif, yaitu tes dan non tes. Dalam tes diperlukan prosedur yang sistematis. Butir-butir tes disusun menurut cara dan aturan tertentu, prosedur administrasi dan pemberian angka (scoring) harus jelas dan spesifik, dan setiap orang yang mengambil tes harus mendapat butir-butir yang sama dan dalam kondisi yang sebanding. Untuk aspek kognitif berupa soal objektif. Tes objektif merupakan tes yang dalam pemeriksaannya objektif, terdiri dari butir-butir soal yang dapat dijawab dengan jalan memilih salah satu dianatar beberapa pilihan yang telah dipasangkan pada pasangan masing-masing items, atau dengan jalan menuliskan jawabannya dengan kata-kata atau symbol-simbol tertentu pada tempat yang telah disediakan untuk masing-masing butir item yang bersangkutan.

Kata Kunci: Mengukur, Menilai, Prosedur, Keterampilan, Kognitif
A.    PENDAHULUAN

Pada dasarnya pendidikan berupaya untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik seoptimal mungkin, baik yang menyangkut aspek jasmaniah maupun rohaniah, akal dan akhlak. Dengan optimalisasi seluruh potensi yang dimilikinya, pendidikan berupaya untuk mengantarkan peserta didik ke arah kedewasaan pribadi secara paripurna, yaitu yang beriman dan berilmu pengetahuan.
Dalam hal ini pendidik memiliki andil yang sangat besar, oleh sebab itu dia harus memiliki keterampilan dan pengetahuan untuk memotivasi peserta didik dalam belajar. Seorang guru dapat dikatakan telah memberikan pembelajaran jika terjadi perubahan tingkah laku yang positif pada siswanya. Pada dasarnya hasil belajar terjadi karena adanya proses perubahan tingkah laku peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu, dari sikap yang kurang baik menjadi lebih baik, dari terampil menjadi terampil.[i]
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah evaluasi pembelajaran. Kompetensi ini sejalan dengan tugas dan tanggung jawab guru dalam pembelajaran, yaitu melakukan evaluasi pembelajaran yang didalamnya terdapat penilaian proses dan hasil belajar.
Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolok ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan yang bermanfaat untuk pertimbangan dalam mengambil keputusan.
Untuk memperoleh informasi yang tepat maka dilakukan kegiatan pengukuran. Pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran dan bersifat kuantitatif.[ii] Dalam kegiatan pengukuran diperlukan instrument-instrumen berupa tes.
Tes merupakan salah satu alat pengukuran yaitu mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Lebih spesifik lagi dalam pendidikan dikenal dengan tes hasil belajar (achievement test), merupakan tes yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada murid-muridnya dalam jangka waktu tertentu.[iii] Bentuk tes yang digunakan dibagi menjadi dua macam, yaitu tes subjektif dan objektif. Dalam makalah ini akan dibahas tentang tes objektif.
Tes objektif dalam hal ini adalah bentuk tes yang mengandung kemungkinan jawaban yang harus dipilih oleh peserta tes. Jawaban tes sudah disediakan oleh pembuat tes, peserta tes hanya memilih alternative jawaban. Karena sifatnya objektif, tidak hanya manusia saja yang bias melakukan tetapi mesin pun bias melakukannya. Misalnya mesin scanner.
 Untuk lebih jelasnya dalam makalah ini akan dibahas macam-macam bentuk tes dan bagaimana pedoman penskorannya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui :
1.      Apa pengertian tes objektif
2.      Macam-macam tes objektif
3.      Kelebihan dan kekurangan tes objektif
4.      Bagaiman pedoman penskoran tes objektif

B.     PEMBAHASAN
Di dalam pendidikan terdapat bermacam-macam alat penilaian yang dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil pendidikan yang telah dilakukan terhadap anak didik.
Untuk melaksanakan evaluasi hasil mengajar dan belajar itu, seorang guru dapat menggunakan dua macam tes, yaitu tes yang telah distandarkan (standardized test) dan tes buatan guru sendiri (teacher made test). Dalam hal ini yang akan dibicarakan adalah tes buatan guru sendiri. Tes yang dibuat oleh guru ini terutama menilai kemajuan siswa dalam hal pencapaian hal yang dipelajari. Salah satunya adalah jenis tes objektif.

1.      Pengertian Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif.[iv] Tes ini merupakan salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal (items) yang dapat dijawab oleh teste dengan jalan memilih salah satu atau lebih diantara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing-masing items, atau dengan jalan menuliskan jawabannya berupa kata-kata atau symbol-simbol tertentu yang telah disediakan untuk masing-masing butir item yang bersangkutan.[v]
Sedangkan menurut Ngalim Purwanto bahwa tes yang dibuat sedemikian rupa sehingga hasil tes itu dapat dinilai secara objektif, dinilai oleh siapapun akan menghasilkan skor yang sama.[vi]
Jadi yang disebut tes objektif adalah bentuk tes yang mengandung kemungkinan jawaban yang harus dipilih oleh pesrta tes. Pemeriksaan atau penskoran jawaban peserta tes dapat dilakukan secara objektif oleh pemeriksa dan dapat digunakan oleh alat bantu.

2.      Syarat-syarat Tes Objektif
Syarat-syarat menyusun tes objektif adalah :
·         Ada petunjuk mengerjakan
·         Petunjuk mengerjakan diusahakan tidak terlalu panjang, yang penting jelas.
·         Hindari pertanyaan yang memiliki lebih dari satu pengertian
·         Gramatika atau bahasanya baik
·         Jangan menyusun item langsung menjiplak dari buku karena siswa akan cenderung menghafal jawabannya
·         Jangan sampai ada item yang mempermudah tapi menyulitkan yang lain
·         Urutan-urutan jawaban yang benar salah janganlah menurut satu pola (B, B, S, S)
·         Janganlah item yang satu bergantung pada item yang lain atau item terdahulu
3.      Macam-Macam Tes Objektif
Soal-soal objektif banyak digunakan dalam menilai hasil belajar, hal ini disebabkan karena luasnya bahan pelajaran yang dapat dicakup dalam tes dan mudahnya menilai jawaban yang diberikan.[vii] 
Secara umum tes ini dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu : (1) Free response item, terdiri dari : a. Short answer dan b. Completion test, (2) Fixed-Response items, terdiri dari : a. True-False, Multiple Choice, c. Matching, dan d. Rearrangement exercise.[viii]
1)      Free Response Items
Free response items ialah bentuk tes objektif berupa jawaban bebas yang dibedakan menjadi jawab singkat (short answer) dan melengkapi (completion test).[ix]
a.       Bentuk soal jawaban singkat (Short Answer)
Tes jawab pendek disebut dengan soal jawab singkat adalah butir soal berbentuk pernyataan yang dapat dijawab dengan satu kata, satu frasa, satu angka, atau satu formula.
Beberapa petunjuk khusus menyusun tes jawaban sebagai berikut :
·         Menggunakan bentuk kalimat tanya.
·         Pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga jawaban yang muncul dapat sesingkat mungkin berupa satu kata atau lebih.
·         Apabila lembar jawaban dan lembar soal disatukan, sebaiknya antara kolom soal dan kolom jawaban terpisah
·         Hindari penggunaan susunan kalimat yang sama persis dalam buku teks.
·         Pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga hanya ada satu kemungkinan yang benar.
Butir soal tipe ini termasuk salah satu tipe yang paling mudah dikonstruksi, disebabkan oleh butir soal ini hanya mengukur hasil belajar yang sederhana yang bersifat ingatan.
Contoh :
·         Siapakah nama ayah Rasulullah SAW ?
·         Berapakah jumlah ayat dalam surat al-Fatihah ?
b.      Completion test
Completion test atau disebut istilah tes isian, tes menyempurnakan, atau tes melengkapi. Tes ini terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian kalimat yang dihilangkan. Dan bagian yang hilang itu harus di isi oleh murid.[x]
Contoh :
ü  Surat yang pertama kali turun pada nabi Muhammad SAW adalah surat …
ü  Nabi Muhammad SAW lahir pada tanggal … Rabiul Awwal
Atau ada bentuk lain, yang berupa kalimat-kalimat berangkai dan memuat banyak isian. Contoh :
Yang dimaksud dengan hadits adalah suatu berita tentang …….(1), ……..(2), ……..(3), yang diasandarkan pada Nabi Muhammad SAW.
Atau contoh lain :
Di mulut, makanan dikunyah dan dicampur dengan …… (1) yang mengandung ……(2) berguna untuk menghancurkan ……..(3)
Perlu diperhatikan bahwa dalam menyusun soal-soal melengkapi, jangan lupa memberikan “kunci pembuka” untuk dapatnya soal-soal itu dikerjakan.

2)      Fixed-Response Items
Fix response items merupakan bentuk tes objektif dimana butir-butir soal yang diberikan kepada peserta didik disertai dengan alternatif jawaban, sehingga peserta didik tinggal memilih salah satu diantara alternatif yang disediakan.
a.       Tes Benar Salah (True – False Test)
Soal-soalnya berupa pernyataan (statement), ada yang benar dan ada yang salah. Apabila jawaban itu benar, lingkari huruf B (Benar). Akan tetapi apabila jawaban itu salah, maka lingkari huruf S (Salah).
Contoh :
Petunjuk : Bacalah setiap pernyataan berikut, jika pernyataan itu benar lingkarilah huruf B. Jika pertanyaan itu salah lingkarilah huruf S.
(B) – (S) … Negara dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia adalah Arab Saudi
Bentuk Benar – Salah dilihat dari segi menjawab soal, dibagi menjadi dua macam, yaitu :
·         Dengan pembetulan (with correction) yaitu siswa diminta membetulkan bila ia memilih jawaban yang salah
·         Tanpa pembetulan (without correction) yaitu siswa hanya diminta melingkari huruf B atau S tanpa memberikan jawaban yang betul.
Beberapa kaidah yang harus diperhatikan dalam menulis soal benar – salah, yaitu :[xi]
·         Hindari pernyataan yang mengandung kata, kadang-kadang, selalu, umumnya, tidak ada, tidak pernah, dan sejenisnya.
·         Hindari pengambilan kalimat langsung dari buku pelajaran.
·         Hindari pernyataan yang merupakan suatu pendapat yang masih diperdebatkan
·         Hindari penggunaan pernyataan negative ganda
b.      Menjodohkan (Matching)
Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai jawabannya yang tercantum dalam seri jawaban. Tugas siswa adalah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban sehingga sesuai dengan pertanyaannya.[xii]
Contoh :


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun jenis tes ini adalah :
·         Seri pertanyaan-pertanyaan hendaknya tidak lebih dari 10 soal item, sebab pertanyaan-pertanyaan yang banyak akan membingungkan siswa.
·         Hendaknya materi yang diajukan berasal dari hal yang sama sehingga persoalan yang ditanyakan bersifat homogeny
·         Jumlah jawaban harus lebih banyak dari pada jumlah soal (kurang lebih 1 ½ kali)
·         Gunakan symbol yang berlainan untuk pertanyaan dan jawaban

c.       Pilihan Ganda (Multiple Choice)
Soal bentuk pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau yang paling tepat.[xiii] Multiple choice terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternative (options). Kemungkinan jawaban options terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distractor).
Tes bentuk PG ini merupakan bentuk tes objektif yang paling banyak digunakan, karena banyak sekali materi yang dapat dicakup. Pada dasarnya soal bentuk PG ini adalah soal bentuk Benar – Salah juga, tetapi dalam bentuk jamak (pilihan jawaban). Kemungkinan jawaban biasanya sebanyak tiga atau empat buah, tetapi ada juga yang lebih dari 4. Dalam perkembangannya, tes objektif bentuk multiple choice item dapat dibedakan menjadi :
a)      Jenis jawaban benar
b)      Jenis jawaban paling tepat
c)      Jenis pernyataan tak selesai/tak lengkap
d)     Jenis jawaban negative
e)      Jenis kombinasi
f)       Jenis kompleks atau sebab akibat
Contoh :

d.      Rearrangement Exercise
Tes ini berupa rangkaian kalimat utuh dan benar, kemudian diceraikan secara tidak beraturan sehingga bentuk aslinya sulit dikenali. Siswa diminta menyusun kembali sesuai dengan urutan yang benar. Tes ini dapat mengukur kemampuan berfikir logis siswa, hanya saja kesulitannya adalah menentukan topic bahasan yang yang memiliki homogenitas yang baik.
            Contoh :
            Susunlah kalimat acak ini menjadi kalimat sempurna !
            Soal : lillahi – inna – raaji,un – wa inna – ilaihi
                         A         B           C             D             E

4.       Kelebihan dan Kekurangan Tes Objektif
Dalam penggunaan tes objektif, jumlah soal yang diajukan jauh lebih banyak dari pada tes essai. Kadang-kadang untuk tes yang berlangsung selama 60 menit dapat diberikan 30 – 40 buah soal. Setiap jenis dari tes objektif mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Akan tetapi dilihat secara keseluruhan macam-macam tes objektif, kelebihan atau kebaikannya adalah :
·         Dapat digunakan untuk menilai bahan pelajaran yang banyak atau scope yang luas. Pelajaran yang diberikan selama satu tahun bisa dites sekaligus
·         Bagi yang di tes, menjawabnya dapat bebas dan terpimpin (karena adanya jawaban yang tersedia
·         Dapat dinilai secara objektif (siapapun yang menilainya, hasil atau skornya sama karena kunci jawaban telah tersedia)
·         Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi
·         Memaksa siswa untuk belajar baik-baik karena sukar untuk berbuat spekulasi terhadap bagian mana dari seluruh pelajaran yang harus dipelajari
Kelemahnnya antara lain :
·         Kurang memberi kesempatan untuk menyatakan isi hati atau kecakapan siswa, karena tidak membuat kalimat
·         Memungkinkan siswa coba-coba dalam menjawabnya. Untuk menghindari kemungkinan ini penyusun soal harus dapat menyusun soal dengan teliti dan baik, sehingga pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat merangsang berfikir anak.
·         Menggunakan norma standar penilaian yang memperhitungkan faktor tebakan (guessing) yang bersifat spekulatif
·         Menyusun tes ini tidak mudah, memerlukan ketelitian dan waktu yang agak lama
·         Kurang ekonomis karena memakan biaya dan kertas yang banyak jika dibandingkan dengan pembuatan test subjektif.

5.      Pedoman Penskoran tes Objektif
Berikut ini merupakan pedoman penskoran tes objektif :[xiv]
1)      Short answer dan Completion Test (jawaban singkat dan melengkapi)
Mengenai cara menilai tes ini bahwa skor maksimum setiap bentuk short answer sama dengan jumlah isian yang ada pada test tersebut. Jika pada suatu tes ada 10 item, dan tiap item berisi satu isian, dua isian, atau tiga isian, maka cara menilainya dihitung menurut jumlah isian yang ada pada seluruh item.
Rumus penskoran untuk short answer dan completion test adalah sebagai berikut :
                              S = skor terahir atau yang diharapkan
S     =     R
 



                              R = Jumlah isian yang dijawab betul
Contoh :
Misalkan sebuah tes berbentuk short answer mengandung 30 isian. Asep mengerjakan tes tersebut :
23 isian betul, 5 isian salah, 2 isian kosong (tidak dijawab)
Maka skor Asep = 23 (tiap isian diberi nilai satu).
2)      True-False (Tes benar-salah)
Setiap tes bentuk true-false diberi skor maksimum 1 (satu). Terdapat dua cara memberikan skor pada jenis tes ini, yaitu apabila suatu item dijawab betul, maka skornya adalah 1 (satu). Akan tetapi kalau jawaban itu salah, maka skornya pengurangan (-1). Rumusnya adalah :
           R – W
S =    
           N – 1

     
 


                                              atau                                    
                                   

S = R

Atau tanpa hukuman (pengurangan), yaitu :

Keterangan :
S = Skor terahir atau yang diharapakan
R = Jumlah item yang dijawab betul (right)
W = Jumlah item yang dijawab salah (wrong)
n  =  Banyaknya option; untuk true-false selalu dua
1  =  Bilangan tetap
Contoh penggunaan :
Jumlah item soal ada 20, Wahyu dapat menjawab dengan betul 13 item, dan salah 7 item. Maka skor yang diperoleh wahyu adalah :
            13 – 7
S   =                     = 6
             2 – 1
3)      Multiple Choice (tes pilihan berganda)
Cara menskor untuk bentuk tes ini adalah :
Item yang dijawab betul diberi skor 1 (satu), dan yang salah diberi skor 0 (nol). Untuk menghitung skor terakhir digunakan rumus sebagai berikut :
                            W
      S = R   -   
                          n  -  1

                                                           
                                                           
                                                                       

Keterangan :
S = Skor terahir atau yang diharapakan
R = Jumlah item yang dijawab betul (right)
W = Jumlah item yang dijawab salah (wrong)
n  =  Banyaknya option; untuk true-false selalu dua
1  =  Bilangan tetap

Contoh penggunaan :
Soal berjumlah 20 item, dengan option atau alternatif jawaban 4 item (a, b, c, dan d). Seorang siswa bernama Indah dapat menjawab betul 14 item dan salah 6. Maka skor yang diperoleh Indah adalah :
                                    6
            S = 14   -                     = 14 – 2 = 12
                                4  -  1

4)   Matcing (tes menjodohkan)
Untuk menilai tes ini diperhitungkan dari jumlah item yang dijawab betul saja. Rumusnya adalah :
S    =    R
 



Contoh penggunaan :
·         Soal tes berjumlah 10 item. Fatimah dapat mengerjakan tes tersebut 7 item betul dan 3 item salah. Maka skor yang diperoleh Fatimah adalah :
10 – 3 = 7
·         Dengan menentukan tingkat kesukaran (difficulty index) dari tes tersebut dari tes tersebut dibandingkan dengan tes-tes bentuk lain yang digunakan bersama-sama. Cara ini digunakan apabila items yang berbrntuk matching ini lebih sukar dari pada items bentuk lain yang digunakan bersama-sama dalam suatu tes. Contoh :
Suatu tes terdiri dari 3 bentuk, yaitu true-false, multiple choice, dan matching. Tingkat kesukarannya telah ditentukan yaitu true-false = 1, multiple choice = 2, dan matching = 4. Apabila soal matching ada 10 item, siswa bernama Eti dapat menjawab betul 7 item, maka skor yang diperoleh Eti adalah 7 x 4 = 28.

C.    KESIMPULAN
1.      Tes objektif adalah bentuk tes yang mengandung kemungkinan jawaban yang harus dipilih oleh pesrta tes. Pemeriksaan atau penskoran jawaban peserta tes dapat dilakukan secara objektif oleh pemeriksa dan dapat digunakan oleh alat bantu.
2.      Secara umum tes ini dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu : (1) Free response item, terdiri dari : a. Short answer dan b. Completion test, (2) Fixed-Response items, terdiri dari : a. True-False, Multiple Choice, c. Matching, dan d. Rearrangement exercise.
3.      Kelebihan atau kebaikan tes objektif adalah :
·         Dapat digunakan untuk menilai bahan pelajaran yang banyak atau scope yang luas. Pelajaran yang diberikan selama satu tahun bisa dites sekaligus
·         Bagi yang di tes, menjawabnya dapat bebas dan terpimpin (karena adanya jawaban yang tersedia
·         Dapat dinilai secara objektif (siapapun yang menilainya, hasil atau skornya sama karena kunci jawaban telah tersedia)
·         Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi
·         Memaksa siswa untuk belajar baik-baik karena sukar untuk berbuat spekulasi terhadap bagian mana dari seluruh pelajaran yang harus dipelajari
4.      Kelemahan atau kekurangan tes objektif ialah :
·         Kurang memberi kesempatan untuk menyatakan isi hati atau kecakapan siswa, karena tidak membuat kalimat
·         Memungkinkan siswa coba-coba dalam menjawabnya. Untuk menghindari kemungkinan ini penyusun soal harus dapat menyusun soal dengan teliti dan baik, sehingga pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat merangsang berfikir anak.
·         Menggunakan norma standar penilaian yang memperhitungkan faktor tebakan (guessing) yang bersifat spekulatif
·         Menyusun tes ini tidak mudah, memerlukan ketelitian dan waktu yang agak lama
·         Kurang ekonomis karena memakan biaya dan kertas yang banyak jika dibandingkan dengan pembuatan test subjektif.






DAFTAR PUSTAKA


Arikunto Suharsimi. Dr. Prof., 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. penerbit PT Bumi Aksara : Jakarta

Purwanto Ngalim. MP. M. Drs., 2010. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Penerbit PT. Remaja Rosdakarya : Bandung

Sudijono Anas, 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan, 1996, penerbit Rajagrafindo Persada : Jakarta

Suharsimi Arikunto, Dr., Prof., 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2, Penerbit Bumi Aksara : Jakarta

Sujana. Nana. 2000. Penelitian Proses Hasil Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya

Supardi, M.Pd., Ph.D. DR. 2015. Penilaian Autentik Pembelajaran Afektif, Kognitif, dan Psikomotor (Konsep dan Aplikasi), penerbit RajaGrafindo Persada :  Jakarta

Suryabrata, Sumadi. 1987. Pengembangan Tes Hasil Belajar. Jakarta : Rajawali.

Syah Darwyan. M.Pd. M.Si. Drs. Dkk., 2009. Pengembangan Evaluasi Sistem Pendidikan Agama Islam, penerbit Diadit Media : Jakarta



[i] Supardi, M.Pd., Ph.D. DR. Penilaian Autentik Pembelajaran Afektif, Kognitif, dan Psikomotor (Konsep dan Aplikasi), penerbit RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2015. Hlm. 2 
[ii] Suharsimi Arikunto, Dr., Prof., Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 2012, hlm : 3
[iii] Purwanto Ngalim. MP. M. Drs., Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, 2010, Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm : 33
[iv] Arikunto Suharsimi. Dr. Prof., Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2, 2012, penerbit PT Bumi Aksara, hlm : 179
[v] Sudijono Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, 1996, penerbit Rajagrafindo Persada, hlm : 106-107
[vi] Purwanto Ngalim. MP. M. Drs., Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, 2010, Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm : 35
[vii] Syah Darwyan. M.Pd. M.Si. Drs. Dkk., Pengembangan Evaluasi Sistem Pendidikan Agama Islam, 2009, penerbit Diadit Media, Jakarta, hlm : 109
[viii] Ibid, hlm : 109
[ix] Supardi. Ph.D. M.Pd. Dr., Penilaian Autentik Pembelajaran Afektif, Kognitif, dan Psikomotor, 2015, penerbit PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, hlm : 52
[x] Arikunto Suharsimi. Dr. Prof., Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2, 2012, penerbit PT Bumi Aksara, Jakarta
[xi] Supardi. Ph.D. M.Pd. Dr., Penilaian Autentik Pembelajaran Afektif, Kognitif, dan Psikomotor, 2015, penerbit PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, hlm : 55
[xii] Arikunto Suharsimi. Dr. Prof., Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2, 2012, penerbit PT Bumi Aksara, Jakarta, hlm : 188
[xiii] Supardi. Ph.D. M.Pd. Dr., Penilaian Autentik Pembelajaran Afektif, Kognitif, dan Psikomotor, 2015, penerbit PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, hlm : 56
[xiv] Purwanto. Ngalim. M. Mp. Drs. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, 2010, penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm : 64-68

6 Komentar

  1. Sangat luar biasa bunda esfi yang selalu luar biasa saya sangat termotivasi untuk terus berkarya

    BalasHapus
  2. Makasih banyak cuy, salah satunya inspirasi saya adalah dirimu.

    BalasHapus
  3. Mantaappp bu euis... Saya jadi termotivasi untuk menulis juga...

    BalasHapus
  4. Makasih banyak Bu selly, sy juga masih trus banyak belajar masih sederhana bgt tulisannya

    BalasHapus
  5. Gambling in California - The Official Guide to Legal Gambling in
    Gambling in California. The official guide to 양산 출장샵 legal Gambling in California. The official guide to legal Gambling in 전주 출장마사지 California. 안동 출장마사지 The official guide 경주 출장샵 to legal Gambling in California. 여주 출장마사지 The official guide to

    BalasHapus
  6. Blackjack (also identified as|often known as} twenty-one) is one of the|is among the|is probably considered one of the} hottest casino games on the earth. It is a card recreation that's performed between the player and the supplier. The gamers do not compete in opposition to one different; they only compete in opposition to the supplier. Blackjack may be performed either using one or more of} decks of playing 카지노사이트 cards.

    BalasHapus

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama